Hamil

berdua saja

Hamil atau mengandung adalah sebuah karunia dari Allah kepada makhluk hidup ciptaan-Nya, termasuk di dalamnya manusia. Tanda-tanda yang sudah sangat dipahami oleh khalayak bahwa seseorang telah memasuki fase ini adalah apabila si wanita yang bersangkutan mengalami telat datang bulan. Dan inilah salah satu pertanda yang dialami istri saya dahulu, ketika mengandung anak pertama kami.

Hamil, meski ini adalah karunia tapi banyak orang yang menyikapinya dengan bermacam ekspresi. Mulai bahagia, kaget, menangis, hingga meratap, takut, benci, dan sebagainya. Dan pada kesempatan ini saya ingin berbagi kisah tentang pengalaman istri saya ketika dia mendapat berita kejutan ini.

Setting kejadian: terjadi kira-kira 18 bulan yang lalu.

____

Sudah beberapa hari ini istri saya mengeluhkan siklus menstruasinya yang aneh. Bagaimana tidak aneh bila menstruasi bisa terjadi sehari keluar darah dan sehari berikutnya tidak. Dan kalaulah itu keluar darah maka jumlah darah yang keluar sangatlah sedikit.

Akhirnya berbagai pikiran buruk pun terlintas di benak kami. Maka, demi menepis semua pikiran itu kami memutuskan untuk segera memeriksakan istri saya ke dokter spesialis.

Sebenarnya, sempat terpikir bahwa ada kemungkinan istri saya telah mengandung. Oleh karena itu, saya menyarankan untuk beli alat tes kehamilan, tapi sejak awal itu ditepis oleh istri saya sendiri. Dia masih berkeyakinan bahwa perutnya belum berisi.

Singkat cerita, sampailah kami di tempat dokter spesialis yang kami maksud. Ternyata tempat yang kami tuju adalah sebuah klinik dan kebetulan dokter yang kami cari sedang tidak praktik hari itu. Akhirnya oleh petugas klinik, istri saya disarankan untuk USG saja di tempat itu. Dan saran itu pun diiyakan oleh istri saya.

Mungkin karena cupunya saya, ketika itu saya tidak ikut masuk ke ruang pemeriksaan sehingga hanya istri saya yang masuk ke sana. Kebetulan di ruang pemeriksaan itu terdapat dua bilik kamar. Bilik pertama ditempati istri saya dan bilik kedua ditempati seorang wanita. Mereka berdua masuk hampir bersamaan dan tampaknya mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu USG.

Berselang agak lama, wanita yang tadi masuk bersamaan dengan istri saya keluar ruang pemeriksaan dengan wajah yang agak aneh, tapi saya tak terlalu memperhatikannya. Hingga kemudian ketika istri keluar ruangan maka langsung saya hampiri dia. Wajahnya juga tampak aneh, tapi ada segurat senyum di wajahnya.

Piye (bagaimana)?” tanya saya.

“Hehe… kata bidane, ada kemungkinan aku positif, tapi …” jawab istri, “Tapi harus segera diperiksakan ke dokter spesialis kandungan karena darah yang keluar itu masih belum diketahui apa.”

“Maksudnya?”

“Tadi bidannya bilang, ada kemungkinan ini kandungan lemah.”

Dan setelah itu perbincangan kami pun mulai agak serius. Hingga tiba-tiba istri saya mengubah topik pembicaraan. Dia bercerita demikian.

Tadi bu bidan kan bilang, “Selamat mbak, Anda positif.” Ketika itu saya langsung terdiam karena kaget. Melihat ekspresi yang seperti itu, bu bidan pun langsung berkata, “Lho kok ekspresinya begitu? Seneng nggak kalau mau punya anak?”

“Senang bu,” jawab istri saya dengan ekspresi yang masih terkejut itu.

“Nah, kalau senang ya bilang alhamdulillah.”

Tak selang beberapa lama, kemudian wanita yang berada di samping bilik pun keluar dan diberitahu hasil tesnya dengan hasil yang sama seperti yang terjadi pada istri saya. Lantas ekspresi wanita itu pun sama, terkejut. Namun, setelah itu dia berkata, “Piye iki … kok ndadak nganggo ngene barang to (Gimana ini … kok begini jadinya)?”

Setelah itu, wanita tersebut langsung keluar dari ruang periksa, pergi entah ke mana.

_________

Alhamdulillah, akhirnya anak kami kini telah lahir dengan normal dan sehat. Bahkan, memasuki usianya yang ke 9 bulan dia sudah mulai belajar berjalan. Terima kasih ya Allah atas karunia yang Engkau limpahkan.

Di sisi lain, tiap ingat kejadian di atas, saya juga selalu beristighfar. Ternyata, hamil atau mengandung bisa juga menjadi petaka bagi beberapa orang.

 

___________

Maaf, saya ambil kembali foto lama ketika istri tengah hamil tua. Ehem, diksinya terasa kasar ya…. hamil… tapi saya lebih suka menggunakan kata ini sebagai judul cerita ini.

Comments
11 Responses to “Hamil”
  1. Asop berkata:

    Alhamdulillah, saya ikut senang! πŸ˜€

  2. jumialely berkata:

    Setahun jumialely [dot] com, dengan penuh penghargaan saya ucapkan Terima Kasih karena sahabat sudah pernah Menorehkan jejak cinta di rumah maya saya. I love You

  3. info non muslim berkata:

    ok ok Lanjutkan,,,,

  4. Pakar Otak Kanan berkata:

    Karunia itu begitu indah, cantik, mulus, dan tanpa dosa.

    Rawatlah titipan itu….he

  5. nh18 berkata:

    β€œPiye iki … kok ndadak nganggo ngene barang to ….”

    Lho … memangnya janjinya ndak pake ngene to ?
    πŸ™‚

    tersenyum …

    Yang jelas …
    Semoga Mas Andi mbak Rie dan anak lanang sehat-sehat saja ya …

    Salam saya Mas Andi

  6. gadisjeruk berkata:

    wahh.. alhamdulillah..
    anak dan kelahiran itu adalah sebuah berkah dan rezeki.. *jadi kepengen.. #eehh..*
    hanya orang2 yang ‘celaka’ yang beranggapan kalau hamil itu sebuah ‘petaka’, ck ck

  7. santi berkata:

    anaka adalah rezeki
    banyak anak banyak rezeki… he..he

  8. miyosi chan berkata:

    alhamdulillah ya mas, sesuatu πŸ™‚

  9. Salam sukses dan salam hangat untuk semuanya by AGRO BUAH.
    Selamat ber aktifitas, sehat selalu dan maju untuk berprestasi

Trackbacks
Check out what others are saying...


Tinggalkan Balasan ke gadisjeruk Batalkan balasan